
Kab.Kediri (MAN 3) – Dalam upaya memperkokoh silaturahmi sekaligus mempersiapkan siswa menghadapi tantangan pendidikan tinggi, Dewan Guru dan wali murid Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kediri hari ini, Sabtu (4/10) menggelar Kajian Keagamaan. Bertempat di Masjid Al Hidayah, acara yang merupakan agenda rutin madrasah ini bertujuan memperkuat sinergi antara pihak sekolah dan orang tua dalam mendidik generasi muda, khususnya dalam membekali mereka dengan nilai keimanan yang kokoh.

Acara dimulai tepat pukul 08.15 WIB, diawali dengan lantunan Tahlil yang khidmat, dipimpin oleh Ustadz Moh. Hudlori. Suasana kekeluargaan langsung terasa saat Kepala Madrasah, Drs. Jamiluddin, M.Pd.I, memberikan sambutan pembuka. “Kami mengucapkan terima kasih atas rawuhnya para wali murid sekalian. Besar harapan kami, dengan adanya pertemuan atau silaturahmi yang intensif ini, kita dapat mengenal satu sama lain dan terwujud pemahaman yang lebih baik antara madrasah dan keluarga,” ujar Jamiluddin, Kepala MAN 3 Kediri.

Dalam sambutannya, Beliau juga menyoroti dua poin penting terkait program pendidikan, khususnya bagi siswa kelas XII. Poin pertama adalah tentang kebijakan Tes Kemampuan Akademik (TKA). Meskipun Menteri Pendidikan menyatakan TKA tidak wajib, madrasah memilih untuk mengantisipasi dan mendaftarkan semua siswa. TKA mencakup tiga mata pelajaran wajib—Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris—serta dua mata pelajaran pilihan, sebagai upaya strategis untuk memastikan kesiapan siswa menghadapi seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Kepala Madrasah secara khusus meminta kerja sama orang tua untuk mengawasi waktu belajar putra-putri mereka di rumah, sembari mendoakan hasil terbaik. Ia menambahkan bahwa upaya madrasah telah maksimal, di antaranya dengan menyisipkan materi TKA sejak semester ganjil dan mengadakan bimbingan belajar tambahan setelah salat Jumat. Tercatat, hingga 3 Oktober, semua siswa telah terdaftar TKA. Pihak madrasah juga masih berkoordinasi dengan dinas terkait pelaksanaan TKA dari sisi sarana prasarana. Selain itu Beliau juga menyampaikan saat ini peran Guru Bimbingan Konseling (BK) kembali sangat dibutuhkan.

Poin kedua yang disampaikan adalah terkait program Kementerian Pendidikan mengenai “Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”. Madrasah meminta orang tua untuk turut memaraf daftar kebiasaan tersebut, mencakup disiplin waktu shalat Subuh dan olahraga, konsumsi makanan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat. Jamiluddin menegaskan bahwa kebiasaan ini akan ditelaah untuk membuktikan kualitas dan membentuk karakter siswa MAN 3 Kediri sebagai generasi Indonesia yang benar-benar hebat.

Inti dari kajian ini ditutup dengan Mauidhoh Khasanah dan Doa yang disampaikan oleh KH. Mohammad Latif Kohari. “Saya melihat, adab saat ini menjadi sorotan utama; banyak anak yang berani terhadap orang tua, dan sayangnya, demikian juga sebaliknya, orang tua juga kurang menghargai anak,” tegas KH. Mohammad Latif Kohari saat menyampaikan Mauidhoh Khasanah. Latif mengingatkan bahwa kewajiban utama orang tua setelah memiliki anak (setelah pernikahan yang wajib) adalah memberikan nama yang baik dan memperbaiki adab putra-putri mereka. Beliau mengucapkan Hamdalah agar Allah SWT menambah taufik dan hidayah kepada semua yang hadir.

Kiai Latif kemudian merangkum enam kunci keberhasilan pendidikan dan kehidupan, yaitu: 1) Syukur dan Sabar sebagai kekuatan tertinggi; 2) Adab yang Baik; 3) Ngaji (sasaran hati dan pikiran) agar bisa menghargai orang tua; 4) Taat dan Manut kepada orang tua dan guru; 5) Ridho/Ikhlas; dan 6) Ilmu (memahami bahwa ilmu itu luas). Pesan-pesan ini menjadi penutup yang mendalam, mempertegas sinergi antara pendidikan formal dan penanaman nilai agama sebagai bekal utama bagi siswa kelas XII MAN 3 Kediri.(Humas)