(0354) 321287

info@man3kediri.sch.id

Tingkatkan Kewaspadaan, Ngaji Bidayatul Hidayah MAN 3 Kediri Soroti Bahaya Maksiat Mata, Telinga, dan Lisan

Tingkatkan Kewaspadaan, Ngaji Bidayatul Hidayah MAN 3 Kediri Soroti Bahaya Maksiat Mata, Telinga, dan Lisan

Kab. Kediri (MAN 3) – Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) MAN 3 Kediri melanjutkan pendalaman ilmu agama melalui kegiatan Ngaji Bidayatul Hidayah, Jumat (13/6). Pengajian ini menghadirkan K.H. Imam Baihaqi, Pengasuh Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah Kebondalem Kandangan, Kabupaten Kediri, yang akrab disapa Gus Imam.

Fokus utama pembahasan adalah pentingnya menghindari maksiat mata, telinga, dan lisan. Gus Imam menjelaskan bahwa inti ajaran Islam adalah meninggalkan larangan dan menjalankan ketaatan. Ia menekankan bahwa meninggalkan larangan jauh lebih sulit karena memerlukan perjuangan melawan hawa nafsu, sebuah perjuangan yang hanya dapat diwujudkan oleh golongan shid­diqun, sejalan dengan sabda Rasulullah SAW, “Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya.”

Gus Imam melanjutkan dengan menjelaskan bahwa setiap maksiat yang dilakukan sejatinya menggunakan anggota badan, yang merupakan nikmat dan amanah dari Allah SWT. Menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat adalah bentuk kekufuran tertinggi, dan berkhianat terhadap amanah adalah perbuatan melampaui batas.

Beliau menegaskan bahwa seluruh anggota badan akan menjadi saksi di Hari Kiamat, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nur: 24 dan QS. Yasin: 65. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga anggota badan dari maksiat, khususnya tujuh anggota badan utama, mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki, mengingat neraka Jahannam memiliki tujuh pintu yang masing-masing diperuntukkan bagi pelaku maksiat.

Kemudian, Gus Imam merinci adab menjaga mata. Mata diciptakan sebagai petunjuk, alat untuk melihat keajaiban langit dan bumi, serta mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Oleh karena itu, mata harus dijaga dari melihat yang bukan mahramnya, melihat gambar atau pemandangan indah dengan syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang muslim.

Terkait telinga, Gus Imam mengingatkan untuk menjaganya dari mendengar bidah, gibah, perkataan keji, kebatilan, atau kejelekan orang lain. Telinga diciptakan untuk mendengar kalam Allah SWT, sunah Rasulullah SAW, dan hikmah para wali, agar dapat mengantarkan pada surga yang penuh kenikmatan. Menggunakan telinga untuk hal-hal yang dibenci akan menjadikannya beban dan musuh, yang pada akhirnya akan mengantarkan pada kehancuran.

“Dosa gibah tidak hanya ditanggung oleh si pembicara, melainkan juga oleh si pendengar, karena pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara,” pungkas Gus Imam. (EW)