Kab. Kediri (MAN 3) – Penerimaan Rapor Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2024/2025 MAN 3 Kediri, Jumat (20/12), Kepala Madrasah (Kamad) Jamiluddin mengajak wali murid untuk menciptakan generasi kuat melalui 7 kebiasaan hebat.
Untuk dapat menciptakan generasi yang hebat, terdapat beberapa proses yang harus dilalui dan konsisten ditanamkan sedari dini. Hal ini kemudian dirangkum oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menjadi program “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.” Program ini sudah mulai disosialisasikan per Desember 2024 ini demi mengejar kesiapan madrasah serta guru dan tenaga kependidikan (gtk) untuk diimplementasikan pada awal tahun 2025.
Tujuh Program Kebiasaan Anak Indonesia Hebat adalah pertama, Bangun pagi. Kebiasaan bangun pagi menjadi program pertama dan kebiasaan mendasar yang dapat diterapkan oleh siswa-siswi. Dengan membangun kebiasaan bangun pagi, akan tercipta individu yang disiplin, menghargai waktu dan menstimulasi terciptanya energi positif dalam diri. Berdasarkan penelitian, anak yang terbiasa bangun pagi akan cenderung lebih produktif dan memiliki tingkat fokus yang lebih baik dalam melakukan kegiatan harian.
Ke-2, Taat beribadah. Untuk menciptakan pribadi yang memiliki karakter positif dan mentalitas kuat, tentu harus dimulai dengan pendalaman iman dan kepercayaan yang baik. Oleh karena itu, siswa-siswi diajarkan untuk taat beribadah bukan hanya sebagai ritual keagamaan, melainkan juga untuk memperkuat moral serta spiritual di dalam diri. Dengan begitu, siswa-siswi dapat mengembangkan rasa empati, syukur, dan tanggung jawab sosial serta memiliki karakter yang mencerminkan Ketuhanan.
Ke-3, Rajin berolahraga. Selain memperhatikan kerohanian diri, siswa-siswi juga perlu untuk menjaga kesehatan dan kekuatan fisik. Dengan menerapkan rutinitas rajin berolahraga, maka akan tercipta pribadi yang bugar dan tegar. Hal ini dikarenakan, individu yang rutin melatih fisik, umumnya, memiliki suasana hati yang lebih stabil serta mampu mengelola pikiran dan stres dengan lebih baik.
Ke-4, Gemar belajar. Menciptakan sebuah pribadi yang gemar belajar bukan hanya sekedar menciptakan siswa-siswi yang berprestasi secara akademis, melainkan juga menanamkan kebiasaan untuk berpikir kritis, kreatif, dan rasa penasaran akan banyak hal. Dengan tertanamnya kebiasaan seperti ini, maka anak akan menjadi pribadi yang siap untuk menghadapi berbagai arus transformasi global kedepannya.
Ke-5, Makan makanan sehat dan bergizi. Selain menerapkan kebiasaan rajin berolahraga, anak juga perlu menjaga pola makan yang sehat dan bergizi agar mampu memiliki fisik yang kuat dan sehat. Agar anak dapat menyerap materi pembelajaran secara optimal dan mampu berkegiatan dengan aktif selama di madrasah, maka ia memerlukan cadangan energi yang cukup. Ia juga perlu mengonsumsi makanan 4 sehat dan 5 sempurna untuk dapat menjaga keseimbangan emosi dan konsentrasi belajar.
Ke-6, Aktif bermasyarakat. Selain memperhatikan hal-hal yang mencakup individu dan kesehatan pribadinya, anak-anak juga perlu diajarkan untuk memerhatikan keterkaitannya dengan lingkungan dan kehidupan sosial. Maka, guru dapat mengajak siswa-siswi untuk belajar langsung dari masyarakat untuk mempelajari nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan gotong royong. Dengan begitu, siswa-siswi dapat belajar empati, simpati, dan bertanggung jawab di masyarakat.
Ke-7, Istirahat yang cukup. Program terakhir yang diusung oleh Mendikdasmen untuk menciptakan generasi yang hebat dan kuat adalah dengan memberikan anak-anak istirahat yang cukup. Dengan istirahat dan memiliki pasokan energi yang cukup, maka anak dapat menjalani hari yang lebih baik dengan kondisi tubuh segar, sehat, fokus, dan aktif. Jangan sampai, aktivitas siswa-siswi yang padat justru mengganggu waktu istirahatnya.
Program ini diluncurkan sebagai bentuk usaha untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas dan mumpuni secara akademik, melainkan juga memiliki mentalitas yang kuat serta karakter yang positif dalam bermasyarakat. Melihat situasi dunia saat ini yang mengalami arus globalisasi dan digitalisasi yang begitu kencang dan sulit terkendali, hal-hal yang bersifat pada pendalaman karakter dan kesehatan mental menjadi perlu diperhatikan.
“Sudah sepatutnya menjadi tugas kita bersama untuk menciptakan generasi yang tidak mudah terbawa arus tersebut dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama dan moralitas bangsa. Dengan begitu, kita dapat mewujudkan Generasi Emas 2045,” pungkas Jamiluddin. (EW)