Kab. Kediri (MAN 3) – MAN 3 Kediri menggelar Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) untuk Kelompok Kerja Madrasah (KKM) dan guru baru di Aula Atas Madrash Jalan Jombang Kandangan, Senin (21/8).

Sebanyak 50 peserta KKM dari MA Hasanuddin dan Roudlotus Shibyan Pare, MA Mujtahidin Kepung, MA Plus Al-Hikam Kandangan serta guru baru MAN 3 Kediri hadir pada kegiatan tersebut.

Kepala Madrasah Moh. Maksun mengapresiasi kehadiran para peserta. Menurutnya, Kegiatan tersebut merupakan agenda saat-saat terakhir menjelang masa pensiunnya Oktober mendatang.

“Alhamdulillah, terima kasih kepada bapak dan ibu peserta. Saya mohon Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri, bapak Achmad Fa’iz berkenan membuka workshop ini,” ungkapnya.

Kepala Kantor sebelum membuka kegiatan memberikan motivasi kepada para peserta. Menurutnya, kini madrasah sudah menjadi pilihan utama masyarakat bukan lagi alternatif untuk dijadikan tempat menuntut ilmu. Oleh karenanya, madrasah harus terus berbenah melalui peran guru di madrasah yang perlu lebih ditingkatkan lagi. Guru harus banyak menciptakan inovasi baru dalam proses belajar mengajar termasuk beradaptasi dengan IKM.

“Semoga bapak dan ibu dapat mendiseminasikan ilmu yang didapat di workshop ini, setelah kita sukses dengan jargon Madrasah Hebat bermartabat, kini tiba saatnya mewujudkan Madrasah Mandiri Berprestasi,” tandasnya.

Narasumber workshop tersebut, Widayanto, Widyaiswara Utama Balai Diklat Keagamaan Surabaya. Ia menekankan, sebelum guru mengajar di awal tahun mereka harus sudah siap dengan 4 komponen perangkat pembelajaran yaitu Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). dan Modul Ajar (MA).

IKM berdasarkan CP, kerja sama dengan rumpun guru mata pelajaran menentukan TP diperlukan. Setelah TP terbentuk, maka guru harus memetakan TP tersebut dalam masing-masing kelas yaitu X, XI dan XII. Pemetaan ini disebut dengan ATP. Setelah mempunyai ketiga komponen tersebut maka guru kemudian membuat MA.

IKM dikenal dengan dua macam pembelajaran, yaitu pembelajaran intrakurikuler dan proyek. Pembelajaran intrakurikuler dilaksanakan oleh guru sedangkan pembelajaran proyek dilakukan oleh tim fasilitasi yang sudah ditunjuk oleh Kepala Madrasah, Wakil Kepala dan Tim Pengembang Kurikulum.

Pembelajaran intrakurikuler dan proyek harus diikuti oleh seluruh peserta didik. Pembelajaran intrakurikuler meliputi kompetensi kognitif dan keterampilan sedangkan pembelajaran proyek di madrasah meliputi P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dan P2RA (Profil Pelajar Rahmatan Lil’alamin).

“Proyek ini dilakukan untuk menilai sikap spiritual dan sosial peserta didik,” terangnya.

Peserta workshop tetap antusias karena Pak Wid (sapaan akrabnya) menyampaikan materi dengan enerjik dan humoris. Tidaklah mengherankan, jika para peserta tidak mengantuk dan bersemangat mengikuti kegiatan hingga selesai. (EW/MAR)