Kab. Kediri (MAN 3) – MAN 3 Kediri bersinergi dengan Puskesmas Kandangan mensosialisasikan stunting di Masjid Madrasah Jalan Jombang Kasreman Kandangan, Jumat (22/11).

Sosialisasi yang diadakan usai shalat duha tersebut diikuti sekitar 1400 peserta terdiri dari siswa-siswi kelas X hingga XII serta guru dan tenaga kependidikan MAN 3 Kediri.

Petugas UKS Nila Roihatul Jannah merangkum dan melaporkan sosialisasi tersebut. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.

Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.

Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi. Penyebab Stunting Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut: 1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama 2. Retardasi pertumbuhan intrauterine 3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori 4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres 5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.

Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu seorang.

“Gejala stunting adalah  anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya  dan pertumbuhan tulang tertunda,” papar Nila.

Kamad Slamet Hariyanto melalui Waka Humas MAN 3 Kediri  Eko Wahyudin menyambut baik sosialisasi tersebut. Menurutnya, Masih banyak remaja yang belum peduli dan mendapat akses edukasi yang baik mengenai kesehatan dan kebutuhan gizi mereka. Padahal, kesehatan para remaja di masa kini merupakan investasi di masa depan, untuk melahirkan generasi Indonesia selanjutnya yang bebas dari stunting.

“Oleh sebab itu, perlu upaya pencegahan munculnya sumber daya manusia yang tidak kompeten ketika mengalami bonus demografi 2030,” pungkasnya. (OK)